Kemarin ga tau kenapa keingetan sama film A Beautiful Mind.
Bukan keingetan akting keren Russel Crowe sebagai ‘si gila’ John Nash,
tapi malah inget sama teori-nya yang bikin dia dapet Nobel di bidang ekonomi.
Kurang lebih teorinya itu begini (Kalo ga salah)
“Kualitas demand terhadap suatu barang pada suatu titik dapat berbanding terbalik dengan kuantitas demand tersebut”
Mmmm … hubungan antara kualitas dan kuantitas di bidang ekonomi memang bisa dibilang angin-anginan.
mereka ini bisa saling mendukung, tapi bisa juga saling menjatuhkan.
Dan karena ekonomi bukan-lah ilmu pasti seperti halnya aljabar,
maka ada banyak variable yg tidak tetap pada hukum ekonomi khususnya pada hubungan kualitas dan kuantitas ini.
Ok, cukup sekian dulu kuliah singkat ekonomi (yang tidak dapat dipertanggungjawab-kan kebenaran nya ini :p ).
Sebenarnya bukan dari sisi ekonomi itu yang pengen saya bahas,
tapi penerapan hubungan kausalitas kuantitas dan kualitas dalam bidang lain.
misalnya dalam suatu hubungan. Baik itu hubungan kekasih,pernikahan,persahabatan,ataupun rekan kerja.
Jika kita asosiasikan kuantitas dengan variable waktu, apakah teori John Nash diatas berlaku juga ?
Apakah dalam suatu hubungan, lama waktu hubungan tersebut dapat dijadikan patokan kualitas hubungan itu ?.
Dalam hubungan kekasih mungkin yang paling sering diakibatkan dari kausalitas ini adalah ‘jenuh’,
yupp sering sekali hubungan kekasih ini mendukung teori John Nash,
dimana pada suatu titik yang disebut ‘jenuh’ ini kuantitas waktu dan kualitas hubungan berbanding terbalik.
Tapi menurut dugaan saya kejadian diatas biasanya terjadi jika hubungan tersebut bersifat stagnan,
dimana titik kualitas selalu berada pada titik yang sama, tanpa ada usaha peningkatan terhadap titik kualitas.
Dalam hubungan rekan kerja, teori John Nash ini bisa berlaku juga.
Ada kondisi dimana semakin lama seseorang menjadi rekan kerja kita maka dia juga akan menjadi rival terberat kita.
Tetapi kondisi ini juga tidak bersifat mutlak, tergantung bagaimana kita menempatkan arti ‘rivalitas’ itu,
apakah dalam arti positif dimana rivalitas menjadi pemicu bagi kita untuk bekerja lebih baik lagi?,
ataukah dalam arti negatif dimana kita menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan rival kita.
Lantas bagaimana dalam hubungan persahabatan ?
aahh .. untuk yang satu ini saya sendiri sekarang ini masih dalam tahap re-set (set ulang).
sebab definisi persahabatan bagi saya saat ini menjadi buram.
Jika suatu pertemanan umum-nya didasari karena adanya suatu kesamaan,
apakah itu berarti persahabatan adalah pertemanan dengan kuantitas kesamaan yang lebih tinggi?
apakah karena sama-sama fanatik suatu klub bola, maka otomatis kita menjadi sahabat?
atau karena sudah lama berteman lantas juga otomatis menjadi sahabat?.
Menurut saya kualitas dalam sahabat sama sekali tidak memiliki kausalitas dengan hitungan kuantitas,
hubungan ini jauh lebih kompleks, yang mungkin bisa menyainginya hanyalah hubungan pernikahan atau keluarga
(Tentunya ini dalam konsep hablum minannass).
Jadi apakah teori John Nash itu juga bisa kita jadikan patokan dalam kehidupan?
saya kira ilmu kehidupan adalah ilmu yang amat sangat tinggi tingkat kompleksitas-nya,
sehingga tidak dapat disejajarkan dengan kajian keilmuan lain-nya.